Setelah kenyang makan siang di halaman museum, perjalanan di lanjutkan menuju ke Masjid Banten.
Dengan di temani 5 petugas dari museum, kami rombongan berjalan menuju ke arah kana museum sambil melewati deretan pedagang yang nyaris mirip seperti pasar karena ramainya yang berdagang, akhirnya sampailah di Masjid Banten.
Pemandangan pertama yang terlihat adalah menaratinggi besar yang menjulang yang berada di halaman masjid.
Menara ini meskipun terlihat tinggi sekali , tapi ternyata tingginya yang sebenarnya adalah 17 meter dengan diameter kurang lebih 10 meter. tinggi 17 meter ini punya filosofi, melambangkan jumlah rakaat dalam sholat seharian penuh.
Sayangnya sekarang kita tidak bisa menaiki menara yang punya 83 anak tangga ini. Pintu menarapun di tutup dan di bawah menara dipenuhi orang yang duduk-duduk atau berfoto.
Menurut pemandu museum, menara ini dirancang oleh Hendick Lucasz Cardeel, arsitektur eropa yang masuk islam dan menikah dengan putri sultan. Hendick Lucasz Cardeel juga menambahkan pavilion di sisi selatan masjid yang berguna untuk kegiatan kajian keagamaan, saya lupa menanyakan pavilionnya yang mana ya ? apakah di luar masjid yang ada makam di dalamnya ?
Nengok ke sini kiri dari menara, terlihat Masjid Banten. Masjid yang di bangun atas perintah Sunan Gunung Jati kepada putranya Sultan Maulana Hasanuddin dan merupakan masjid tertua di Jawa
Arsitektur Masjidnya mirip seperti mesjid-mesjid di Jawa pada umumnya, bedanya kalau di Jawa (tengah-timur) umumnya atapnya bertumpuk tiga, maka masjid Banten ini atapnya bertumpuk lima, ini juga punya filosofi melambangkan rukun islam.
Atap 2 tumpuk di masjidnya bergaya Cina mungkin karena di sebabkan arsitek masjid ini seorang yaitu Tjek Ban Tjut (Pangeran Adiguna).
Kolam di depan masjid, dulunya di gunakan untuk bersuci sebelum masuk ke masjid, tapi saat ini malah di gunakan anak-anak untuk berenang. Tempat wudhu saat ini ada di sisi utara/kanan masjid di depan pemakaman.
Teras masjid yang adem dengan tiang-tiang kayu menjadi tempat yang nyaman untuk beristirahat sebelum memasuki masjid.
Pintu Masjid di depan berjumlah 6 melambangkan rukun iman. Bentuknya yang pendek dan sempit di maksudkan supaya ketika kita masuk masjid dengan menunduk atau tawadhu hanya kepada Allah.
Masuk ke dalam masjid, terlihat tiang-tiang persegi 8 sebanyak 24 buah. angka ini juga punya filosofi. 24 adalah waktu sehari semalam dan 8 waktu untuk beribadah. Mimbar untuk khotbah berarsitektur Cina juga dengan warna hijau merah khas warna cina
Tempat yang ramai dikunjungi tentu saja adalah peziarahan / makam di kanan masjid,m salah satunya makam .Sultan Maulana Hasanudin dan Sultan Ageng Tirtayasa, yang lainnya makam dengan nama Ratu atau TB di depannya.
Ada pemandangan menarik buat saya, ketika kita akan masuk menuju area masjid, terlihat 2 orang petugas dengan 1 kotak amal besar di pintu, kotak amal itu menurut saya malah menghambat jalan masuk.
Dan ternyata makin ke dalam, makin banyak bertebaran kotak amal di sana, terutama di area pemakaman.
Selain itu, di area masjid juga banyak pengemis berkeliaran. Saya baru menyadari kenapa tadi begitu banyak penjual koin tadi, ternyata untuk di berikan kepada pengemis2 yang banyak halaman di masjid.
Akhirnya, kunjungan ke Masjid di akhir dengan bersalaman dengan Pak..(duh siapa sih pengurus masjidnya) sambil mengucapkan terima kasih, beliau yang sudah terlihat sepuh namun masih semangat menceritakan sejarah masjid Banten ini.
Sebetulnya, sebagai orang yang tinggal di wilayah Banten ( TangSel kan Banten juiga lhoo..) saya cukup senang memiliki Masjid tertua di Jawa, andai saja pemerintah mau lebih baik mengelola asetnya dan memberi tempat yang rapi kepada pedagang-pedagang di sekitar masjid, pasti masjid ini tambah ramai di kunjungi wisatawan.
naik k menara ga? nani waktu itu ga sempet.
ReplyDeletesempit dah gt dah banyak pengemis di dalamnya
engga naek.. gak boleh katanya
ReplyDelete2 paling atas jadi mirip payung2an bali..
ReplyDeleteiihh ijo gitu kotor banget, anak2 happy aja main ya.. dah lama ga kesini..
ReplyDeleteMirip payung2an pangeran2 Jawa juga deh.
ReplyDeleteMasuk ke dalam masjid, terlihat tiang-tiang persegi 8 sebanyak 24 buah. angka ini juga punya filosofi. 24 adalah waktu sehari semalam dan 8 waktu untuk beribadah
ReplyDelete>>> ku ga ngerti sama segi8 itu.. 8 waktu untuk ibadah? 5 waktu ditambah solat dhuha, solat malam, solat apa lagi satunya?
Iya...ijo gitu pdhal, tp hari panas sekali kemaren, mungkin bikin anak2 dingin hihi , namanya juga anak2
ReplyDelete24jam=sehari semalam
ReplyDeletenah angka 8 itu kalo gak salah untuk ibadah, 5 waktu sholat wajib dan 3 sholat sunnah, duha, tahajud dan apa ya.. witir ??
ini jadi koleksi saja.. hihihi..
ReplyDeletebukan koin antik siiih..
ReplyDeletecakep nih mesjid-nya *kebayang ribet-nya bikin atep tumpuk kayak gitu*--->mantan tukang desain atap :))
ReplyDeletesekarang jadi buat kolam renang anak2 ya Mbak :p
ReplyDeletewaahh sampai di fasilitasi gini ya
ReplyDeleteRibet yaaa...aku malah mikirnya seru ya kalo tenda buat camping pake sistem atap betumpuk gitu hehe
ReplyDeleteGak resmi siih..cuma tu anak langsung njebur ke situ aja
ReplyDeleteIya.. di fasilitasi untuk di beli, alias mereka jualan koin hahaha
ReplyDeleteWatu itu bahasa dikampungku Mba, yang artinya Batu.Ini Kuburan tuakan?
ReplyDeleteDari sekian tahunnya indo merdeka, batu ini baru diresmikan tahun 1992, pertanda kita tidak perduli dgn benda purbakala.
ReplyDeleteOh gitu toh artinya, nice info bang, trima kasih
ReplyDeletemenyedihkan ...prihatin :(
ReplyDeleteIya..bagus yaa
ReplyDelete