Sekarang di sebut desa Karang Hantu. Saya membayangkan dulunya di sini ada sebuah karang berbentuk seperti Hantu, atau di karang pinggir pantai ini banyak hantunya. Sungguh menyeramkan.
Tapi sesungguhnya ini tempat, dulunya adalah tempat di mana pelaut Belanda tiba pertama kali di Bantam ( nama Banten jaman dahulu) pada tanggal 27 Juni 1596 ( eh beda sehari sama ultah gw tuh tanggal, halah !!). Tahun itu sungguh meninggalkan sejarah yang bernilai, karena sejak para pelaut Belanda itu tiba, hari-hari berikutnya mereka kerap merongrong kekuasaan banyak Sultan di penjuru Nusantara. Terbukti 23 tahun kemudian, mereka berhasil mengenyahkan Pangeran Jayakarta dari purinya dan diduduki satu kota yang mulanya masih sepi secara bertahap-tahap menjadi pusat dagang VOC.
Ketika Belanja menginjakkan kakinya di Karangantoe ini, maka untuk pertama kalinya penduduk sana mendengarkan percakapan dalam Bahasa Belanda, karena biasanya mereka hanya mendengarkan bahasa Portugis dan Bahasa Melayu.
Kompeni itu datang dengan memanfaatkan 3 kapal dagang yang mereka beri nama kota di negerinya yaitu Mauritius, Hollandia, Amsterdan dan ada 1 kapal lagi yang disebut kapal Duyfken yang artinya burung merpati sebagai kapal pemburu dan penghubung ketiga kapal tersebut di atas.
Kapal2 itu mulai berlayar selama 15 bulan sebelumnya dari Pulau Texel di Belanda bagian utara, lalu ketika tiba di perairan Bantam, mereka membuang jangkar di dekat Pulo Lima.
Di mana Pulo Lima ? saya belum tahu..
Sayangnya tempat bersejarah ini sekarang sudah tidak ada lagi peninggalan maupun artefaknya, kami hanya melewati daerah yang pernah menjadi tempat tibanya pelaut-pelaut itu saja yang sekarang sudah menjadi perkampungan nelayan yang sepetrti biasanya agak sedikit jorok dan kotor.
Bis terus berjalan, dan sepanjang jalan pemandu cantik berjilbab dari dinas kepurbakalaan Banten terus menceritakan gedung2 yang kami lewati , ada kampung Cina dan salah satu rumah Cina yang masih utuh sampai sekarang, ada juga komplek makam pecinaan dan Mesjid Pacinaan Tinggi yang sekarang hanya meninggalkan sisa menaranya saja.
Bagaimana sejarah Masjid Pacinaan Tinggi ini ? sayangnya si Mbak menjelaskan kurang detail, hanya menceritakan bahwa dulunya banyak pedang dari Cina yang berlayar sampai ke Bantam dan kemudian membentuk komunitas Cina Muslim, sehingga banyak peninggalan Cina Muslim dan salah satunya di Masjid Pacinaan Tinggi Banten ini.
eh mikir.. ini daerah muara angke bukan ya?
ReplyDeletesayang ya papannya tulalit gitu ga ada yang piara.. btw, si mbak dari dinas purbakala itu jadi guide keliling naik bus? di hari libur?
ReplyDeleteya bukan laaah.. kan udah di bilang itu di Karangantoe
ReplyDeleteIya.. sayang gak terlalu terpelihara baik, tp lumayanlah masih ada plang namanya. asal jangan ada yg iseng nyabut aja.
ReplyDeleteIya betul, Mbaknya ikut keliling naik bus dan cerita di atas bus. Museum liburnya senin Mbak, jadi minggu bukan hari libur
karangantoe lihat fotonya mirip muaraangke..
ReplyDeleteIya.. mirip muara kamal juga hihi, gitu kali ya pesisirnya pantai kita..*sedih*
ReplyDeletegundukan belakang-nya sudah ilang ya...
ReplyDeletewaahh rumah jadoel, ternyata masih ada penghuni-nya juga
ReplyDeleteIya kliatannya Kris..biasanya kan gundukannya tinggi gitu ya
ReplyDeleteGak jelas masih ada penghuninya atau engga, aku foto nya dr dalam bis
ReplyDelete