Sunday, November 14, 2010

Benarkah sepinya TPS karena warga malu ?



Sabtu kemarin, Pemilukada Kota  Tangerang Selatan di gelar.Pemilukada Kota Tangsel ini adalah yang pertama kali dilaksanakan sejak Kota Tangsel memisahkan diri dari Kabupaten Tangerang tahun 2008 lalu.

Pemilukada Tangsel yang pertama ini akan memilih Empat pasangan calon itu adalah Yayat Sudajat-Norodom Sukarno (Nomor urut 1), Rodhiyah-Sulaeman Yasin (Nomor urut 2), Arsid-Andre Taulany (Nomor urut 3), dan Airin Rachmi Diany-Benjamin Davnie (Nomor urut 4).

Sebagai warga yang baru 3 bulan lalu punya KTP Tangsel, saya belum berhak ikut Pilkada, karena  ketentuan KPUD untuk memberikan suara minimal sudah bertempat tinggal di Tangsel selama enam bulan. saya hanya menonton saja perhelatan ini dari TPS ke TPS terdekat di wilayah saya.

Meskipun wilayah Pondok Aren katanya merupakan wilayah terbanyak Pemilih yang terdaftar , namun TPS saya dan TPS tetangga yang termasuk wilayah Pondok aren, suasana TPSnya terasa sepi sejak pencoblosan di mulai, tidak terlihat adanya antrian di TPS, hanya beberapa warga saja yang menuju ke TPS. Pak Polisi dan petugas Linmas yang mengawasi keamanan di TPS juga terlihat santai.

Iseng saya tanya seorang anak muda yang katanya pertama kali ikut pilkada, mau pilih yang nomor berapa ?  jawabnya bingung ah, gak ada yang kenal, cuma kenal Andre Stinky aja.  Apakah itu artinya sosialisasi pemilukada kali ini memang kurang ?

Ketua Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kota Tangerang Selatan Iman Perwira Bachsan  di harian republika, mengaku kesulitan untuk melakukan sosialisasi pada sebagian warganya yang tinggal di permukiman elite,  seperti di Serpong dan Bintaro. KPUD memperkirakan tingkat parsitipasi warga dalam pemilukada Sabtu (13/11) nanti hanya sekitar 50 persen. Dan perkiraan Pak Iman ternyata tidak meleset. Karena dalam perjalanan saya menuju Plaza Bintaro di satu TPS wilayah pemukiman elite tersebut memang sepi.

Tapi benarkah seperti  yang Pak Iman perkirakan, bahwa mereka tidak merasa sebagai warga Kota Tangsel. Bahkan mereka malu untuk mengaku sebagai warga Kota Tangsel ?



Note :tulisan ini juga sudah saya posting di kompasiana

14 comments:

  1. Hehehe.... bisa jadi. Namanya juga 'aneh' - Tangsel, kayak mau menangsel (ganjel) perut. kalau mau jadi Rangsel juga tetep 'aneh' - mirip ama 'ransel'. Kenapa gak coba cari nama yang beda samsek ajah sih ya? Wilayahnya mencakup mana ajah sih yang disebut Tangerang Selatan itu? Serpong, Bintaro, Pamulang?

    BTW, siapa pun yang jadi walikota - apakah ada pengaruhnya buat warga kota?

    ReplyDelete
  2. maunya disebut warga jakarta coret kali ya?

    ReplyDelete
  3. healah.. baca kata tps yang kepikir tuh yang dipake disini. tempat pengungsian
    hehe

    ReplyDelete
  4. Saya nggak malu jd warga tangerang selatan. :-)

    ReplyDelete
  5. baca di detik, ktnya yg golput 44% lebih ya Teh

    ReplyDelete
  6. Hahaha.. Jadi enaknya namanya apa ya Phoeng, Dari pada Tangerang Udik, terima sajalah Tangerang Selatan.
    Sukabumi Udik yg di Joglo aja skrng sdh ganti nama jadi Sukabumi Selatan.

    wilayah Tangsel 1. Serpong, 2. Serpong Utara, 3. Ciputat 4. Ciputat Timur, 5. Pondok Aren,6 Pamulang ,7. Setu

    Pengaruhnya ? buat yg bisnis mungkin ada, kalo buat warga biasa sprt saya gak ada pengaruhnya selama masalah sampah masih blm teratasi

    ReplyDelete
  7. Warga Jaret dooong hahaha.. Terima nasib sajalah tinggal di pinggiran Jakarta. wong kebelinya rumah yg di pinggiran koq :-)

    ReplyDelete
  8. Hihihi Di Pengunsian namanya TPS juga Mas ?

    ReplyDelete
  9. Iya.. malah katanya pemenangnya golput hehe

    ReplyDelete
  10. males kali Mbak...lebih baik jalan2 ke mal daripada milih :p

    ReplyDelete
  11. Yup, dan ini pula yg aku lakukan hehehe, abis nonton tps bentar, langsung ke mall, dan memang lbh rame mall dr pd tps

    ReplyDelete