Waktu Tangerang hanya memiliki satu wilayah ( Kabupaten Tangerang Saja), Sebetulnya Tangerang sudah memiliki Taman Makam Pahlawan Taruna. Kemudian ketika terjadi pemekaran wilayah, Kabupaten dan Kodya Tangerang maka TMP Taruna secara georafis berada di wilayah Kodya Tangerang, dan Kabupaten Tangerang akhirnya TMP Seribu di Serpong sebagia TMP Kabupaten.
Selanjutnya, ketika pemekaran Kabupaten Tangerang terjadi kembali, Serpong yang dahulu masuk wilayah Kabupaten sekarang masuk wilayah Kota Tangerang Selatan dan otomatis kembali Kabupaten Tangerang kehilangan TMPnya.
Itulah sebabnya Pemda Kab Tangerang sudah memutuskan menjadikan situs kompleks makam salah satu pendiri Kabupaten Tangerang Arya Wangsakara yang berada di Desa Lengkong Kulon Kec. Pagedangan menjadi lokasi TMP Kabupaten Tangerang.
Saat saya berkunjung ke kampung saya ini, di komplek pemakaman Arya Wangsakara, beberapa warga setempat sedang sibuk membangun dan memperbaiki beberapa makam dan mempercantik areal sekitar makam, karena selain TMP didalamnya rencananya juga akan dibangun mueseum dan cagar budaya.
Dikompleks pemakaman ini,selain Arya Wasangkara, juga dimakamkan kyai-kyai lain yang turut berjasa dalam pengajaran agama islam dan perjuangan melawan penjajah.
Di seberang makam kelak juga akan dibuat lapangan tempat upacara berlangsung yang menghadap ke makam, begitu ujar salah seorang sesepuh masyarakat Lengkong Kulon yang saya temui di komplek makam. Kapan peresmian TMP ini dilakukan ? saya belum mendapat informasi yang tepat.
SIAPA ARYA WANGSAKARA ?
Raden Arya Wangsakara (R.A. Wangsakara) adalah seorang ulama atau kiai yang berasal dari Sumedang Jawa Barat. Beliau merantau ke wilayah Tangerang karena tak sepaham dengan saudaranya yang berpihak kepada penjajah.
Dalam pengembaraan Aria Wangsakara memilih daerah ditepian sungai sebagai tempatnya bermukim dan mengajarkan agama islam dengan cara mendirikan pesantren dan mendirikan mesjid. Sama seperti pesantren di daerah Kalipasir dan di daerah Grendeng juga berada di tepi sungai Cisadane, karena santri harus dekat dengan sungai untuk memudahkan berwudhu kata sesepuh yang berbincang dengan saya.
Arya Wangsakara memiliki dua istri, istri yang pertama berada di sebelah barat desa dan istri keduanya berada di sebelah timur desa. Pesantren yang didirikan Arya Wangsakara berada di barat desa, itu sebabnya ada sedikit gurauan dari orang Lengkong, bahwa orang timur lebih pesolek dan lebih cantik karena istri kedua Arya Wangsakara berasal dari sana, sedangkan orang barat lebih religius karena istri pertama dan pesantren ada di wilayah barat.
Kini rumah bekas istri pertama Arya Wangsakara masih ada namun sudah mengalami banyak perubahan ( sayang saya lupa foto rumah itu) hanya tersisa pohon asem besar sebagai penanda atau pintu masuk menuju desa itu.
Sayang tak banyak dokumen tentang Arya Wangsakara yang bisa saya peroleh, seorang bapak yang menemani saya bercakap-cakap bersedia mengantarkan saya ke seorang sesepuh yang rumahnya di daerah Curug Tangerang, beliau bilang orang itu memiliki silsilah lengkap Aria Wangsakara. ( kapan-kapan kalau ada waktu saya ingin sekali melihat dokumen itu)
PERTEMPURAN LENGKONG
Selain sebagai ulama, Arya Wasangkara juga juga ikut aktif berjuang melawan VOC. Semangat melawan penjajah dari Aria Wasangkara diteruskan penduduk setempat pada masa penjajahan jepang, nenek dan kakek saya dulu sering bercerita mengenai perjuangan melawan NICA di desa Lengkong.
Bukti adanya pertempuran melawan penjajah ada di monumen perjuangan Lengkong yang terletak di seberang sungai Cisadane dekat air mancur BSD meski sebetulnya pertempuran itu ada di desa saya, Desa Lengkong Kulon seberang kali cisadane.
Dulu waktu saya masih kecil, di sela-sela pekuburan karet masih nampak beberapa makam pejuang yang gugur pada pertempuran itu, saat pembangunan perumahan BSD, makam-makam itu direlokasi ke TMP Seribu, sedangkan bekas markas Jepang tetap dipertahankan dan dibuatkan monumen yang lebih bagus lagi.
Dengan bukti historis diatas, tak salah rasanya jika Lengkong Kulon saya sebut sebagai Desa Perjuangan Tangerang dan pantas sekali jika TMP Kabupaten Tangerangpun berada di sana.
Tulisan ini sudah saya posting di kompasiana
tengkiuuu infonya :)
ReplyDeletekirain Lengkong cuma ada di Bandung.. ternyata yg di Tangerang lebih banyak nilai sejarah nya yaa..
ReplyDeletetrims u/ infonya yha Bu :)
baru ngerti Mbak, padahal termasuknya saya tinggal di tangerang
ReplyDeletePertempuran Lerngkong ini kalo ga salah mah terkenal karena dianggap sebagai kejahatan perang yang dilakukan oleh Belanda yah?
ReplyDeletesama2 Nan..kapan2 maen ke sini dong :-)
ReplyDeleteIya Mbak, di Bandung dan Sukabumi juga ada desa lnegkong ternyata, kebetulan sy tahu sejarah lengkong yg di tangerang , yg dibandung dan sukabumi gak tau :-)
ReplyDeletedimana Tangerangnya Mbak Dewi ? kalau gak jauh main2 dong ke sini :-)
ReplyDeleteOh ya, sy baru denger yg ini mah..
ReplyDeletepertempuran yg dr cerita kakek sy itu pertempuran yg Mayor Daan Mogot gugur di sini kang
ooh..yang oomnya Prabowo yah..salah sayah..hehehe
ReplyDeleteYa betuuul.. yg Omnya Prabowo gugur juga di sana, makanya untuk menghormati dan mengenangnya, namanya di sematkan pd Prabowo
ReplyDeletehayuuuuuuukkkk *semangat45* :D
ReplyDeletekapan ya teh?ajak Arief juga , mudah2an bisa kalo ke sini teh Icho yg jd guidenya ya :)
dekeet ke sini mah naik bis jur bsd nyampe
ReplyDeleteemang arief udha di jakarta lagi ?
naik bisnya drmana?
ReplyDeleteArif sekarang lagi di Jakarta, ga tau kapan lagi tugas ke luar kotanya
naik trans bsd dr grogol ada, dr blok m ada.. dari depan c4 lebak bulus ada
ReplyDeletepokoknya naek yg ke bsd deh..
Arif gak ngajak jalan2 lagi ? gw ikut ya hahaha