Mengenai Laskar Pelangi. ( lagi lagi ..)

Gak ada ruginya gue baca novelnya, Gak ada ruginya juga gue hunting tiket LP ke beberapa
bioskop, karena hari ini gue berhasil juga masuk bioskop,nonton film lagi setelah hampir 10 tahun gak pernah nonton film di bioskop.
Dan after nonton jadi kepengen nulis sedikit perasaan dan pemikiran gue mengenai film LP ini. Mohon maaf ini mah cupa pemikiran gue yang bener2 bukan pemerhati film dan seni apalagi kritikus film
hmm.. yang ke inget pertama kali setelah nonton pointnya adalah " gila Andrea Hirata rendah hati banget ya.." udah itu aja...
Gimana gak mau rendah hati, dia masih mau dan rela novelnya di filmkan tidak persis plek sama jalan cerita maupun tokohnya, dia juga gak sibuk2 casting cari pemain yang pas dengan novelnya kan ? . di film ada penambahan tokoh pak Zulkarnaen yang sayangnya di perankan  Slamet Raharjo. Maunya gue pemain bagus sekelas Slamet Raharjo tidak cuma sekedar di kasih peran Pak Zul yang cuma sedikit muncul, Trus Jajang C Noer, duh. ini juga pemain bagus dikit banget munculnya.
Tapi meskipun begitu, dasar mereka pemain bagus, meskipun muncul dikit, aktingnya tetap terpuji . Tora Sudiro memang agak cupu di film ini, tapi gue pikir itu memang tuntutan skenario dan gue gak merasa terganggu dengan peran Tora, Tora tetep mantap koq di film lain  ( katanya hehehe ) . Yang paling top di pemain dewasa gue pikir adalah Ikra Negara, pas banget memerankan Pak Harfan.
Lepas dari semua pemain dewasa di atas,2 jempol gue acungi buat Mahar, gila ni bocah mainnya  natural beneer.. Ikal kecil aja masih terlihat kaku ( tapi manis yaa hihi )

Untuk Lokasi, lagi2 gue dilanda penyesalan, kenapa gue dulu saat liburan kuliah atau saat kerja bareng Evi,  gue gak jadi ke Belitung, andai gue tau betapa indahnya belitung..

Oh ya.. ada air mata gue yang tumpah di film ini (maaf ya Mbak Lif kalo kemaren sempet ledekin saat mbak lif crita nangis noton film ini hehehe )
Mungkin ada teman2 yang nangis saat Pak Harfan meninggal atau saat Lintang berhenti sekolah.Bukan itu yang pertama kali bikin gue nangis,gue nangis saat karnaval dan anak SD UPT Belitung main drum band , kow bisa ya.. iya gak tahu, koq tiba2 gue terharu... terharu membayangkan betapa jauh perbedaan anak2 SD PN Timah dengan anak Muhamadyah. Orang yang main drum band biasanya jalan dengan kepala tegak dan dada membusung karena bangga, tapi anak2 Muhammadyah itu...hiks.. gak bisa nerusin nulisnya
kebayang bagaimana perasaan Andrea Hirata dulu..

Jadi.. menurut gue film ini sama bagusnya dengan novelnya, ada sisi plus minus di keduanya.
terlepas dari kekurangan dan kelebihan keduanya,yang paling penting adalah pesan moralnya. Di rumah gue bisa cerita ke Seno dan Della bahwa ada sekolah lain yang kondisi sekolahnya jauh lebih jelek dari sekolah Seno dan Della, ada anak yang pintar, mau sekolah tapi tantangannya banyak, miskin,gak punya ibu, gak pake seragam, sepatunya jelek, mau berangkat sekolah di hadang buaya, rumahnya jauh.. bandingkan dengan Seno dan Della. gak  miskin, punya Ibu, sepatunya bagus2, jelek sedikit langsung protes, dan berangkat sekolah deket boro2 di hadang buaya.
Trus juga menanamkan ke Della dan Seno bahwa mereka harus punya cita2 dan keinginan yang kuat dan yakin bahwa itu akan terwujud dengan usaha dan Doa

Salut buat Riri Riza & Team dan Andrea Hirata juga tentunya..