Saturday, May 9, 2009

[RiBuk] Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando (1)

Akhirnya selesai juga baca buku Opung Sintong Panjaitan “PERJALANAN SEORANG PRAJURIT PARA KOMANDO setelah sebulan lebih bacanya ( gile lama bener) on off gitu sih bacanya.
Sebetulnya baca buku ini saya cuma mau tahu mengenai peristiwa santa cruz, pembebsan pesawat woyla dan dibalik peristiwa mei 98. Tapi dari buku ini ternyata banyak sekali tambahan info yang bisa saya dapat dan beberapa pengalaman Opung Sintong yang menarik yang membuat saya ooooo…. Ooooo begitu.. o.. begini….

Selain itu kan,  ketika peluncuran bukunya menuai berbagai kontroversi terutama dari pihak yang bersinggungan dengan isi buku ini, apa sih yang bikin kontroversi, itu pertanyaan saya sebelum baca buku ini.

Sintong Hamonangan Panjaitan nama lengkap Jendral yang menjadi kepercayaan mantan Presiden BJ Habibie , Dalam bahasa Batak Sintong artinya “benar” dan Hamonangan berarti “menang” , Lahir di Tarutung dan putra ke 7 dari pasangan Simon Luther Panjaitan dan Elina Boru Siahaan. Sebetulnya tidak secara langsung test masuk Angkatan Darat,karena sebelumnya Sintong mendaftar di Angkatan Udara namun surat panggilan dari Angkatan Udara disembunyikan oleh ibunya, ternyatata Sintongpun lulus masuk AMN angkatan 1960.

Pengalamannya di AD berkisar pengalaman  penumpasan pemberontakan Kahar Muzakar si Sulawesi, Operasi pembebasan pewasta Garuda yang di bajak di Bandara Don Muang Bangkok dan penumpasan gerilyawan Paraku di Kalimantan Utara.

Dari buku ini pula saya tahu bahwa Pemberontak Kahar Muzakar itu tertangkap di persembunyiannya hanya karena dia menyetel lagu ‘Terkenang Masa Lalu’ yang disiarkan oleh Radio Malaysia . dan suara lagu tersebut sayup sayup terdengar dari persembunyiannya di hutan dan terdengar oleh prajurit pengintai.

Ada cerita sedikit lucu pada peristiwa Perebutan RRI Pusat dimana Sintong ketika itu memimpin  kompinya dalam perebutan kembali RRI Pusat yang ketika masa itu dikuasai oleh pihak anggota G30S/PKI . Sintong diperintahkan untuk membersihkan RRI dari anggota PKI dan ketika memberi laporan bahwa  RRI sudah bersih tetapi Kolonel Sarwo Edhi yang memantau masih mendengar RRI masih mengudara meminta Sintong untuk kembali memeriksa orang yang masih ada di situ. Ternyata tape recorder yang berputar yang mengudara dan itu yang didengar oleh Kolonel Sarwo Edhi.

Masih Pada peristiwa ini Sintong sebetulnya masih menjadi siswa dasar si Pusat Penddikan Para Komando di Batujajar tapi kemudian ditarik menjadi sukarelawan Dwikora  untuk membantu perjuangan revolusi rakyat Malaya, Singapura, Serawak dan Sabah untuk menggagalkan pembentukan Federasi Malaysia. Namun kemudian Sintong batal menjadi Sukarelawan Dwikora dan beralih ke operasi penumpasan pemberontakan G30S/PKI., Kompi Sintonglah yang menemukan sumur maut dimana para Jendral di buang setelah di bunuh oleh PKI.

Sintong yang pernah mengikuti pelatihan SAS (Special Air Service ) di angkatn Darat Kerajaan Inggris , dan pernh meninjau latihan antiteror di KCT Angkatan Dart Kerajaan Belanda. membuatkannya diikut sertakan dalam operasi melumpuhkan pembajak  Woyla Melumpuhkan Pembajak DC-9 Woyla. Ternyata hanya cukup 3 menit untuk melumpuhkan pembajak tersebut, lebih cepat 3 menit dari waktu latihan. Cerita pembebasan pembajaknya seru, persis seperti di film-film, ada granat pembajak yang untungnya tidak meledak krn mencabut pen yg tidak sempurna dan kemudian ada juga pembajak ( Abu Sofyan ) yang pura2 berbaur dengan penumpang ketika diperkirakan pembajakan sudah selesai, namun akhirnya ketahuan dan ditembak ketika mencoba melarikan diri, dan akhir cerita semua pembajak tewas dan dari pihak Tim Antiteror yang meninggal capa Kirang dan captain Pilot Herman Rante yang meninggal di Rumah Sakit akibat tertembak pembajak.

Tahun 1985 LB Murdani yang ketika itu sebagai Pangab berencana mereorganisasi Kopasus yang ketika itu bernama kopassandha dan memperkecil kodam,  tujuannya untuk menghemat anggaran belanja. Kopassandha l, Kodam dari 17 menjadi 10 kodam . Anggota baret merah dari 6644 di perkecil menjadi 3000 orang. Namun Sintong ketika itu melakukan pemaparan di Mabes ABRI bahwa reorganisasi di kopassandha justru akan menambah biaya besar lengkap dengan kalkulasinya dan konsekuensinya. Akhirnya pemaparan Sintongpun disetujui

Memakai baret merah adalah sebuah kebanggan bagi para prajurit AD. Maka ketika reorganisasi  kopassandha yang menyebabkan setengah dari anggotanya berpindah ke kesatuan Kostrad atau Kodam, banyak prajurit yang tidak bersedia, kecewa  dan marah karena kehormatan dan harga dirinya diinjak, ada yang desersi ada yang sedih ketika di ujung karier militernya justru harus  menanggalkan baret merahnya.

Dan membaca peristiwa upacara penggantian baret membuat saya juga ikut larut dalam haru ketika para peserta upacara berlutut membuka baret merah dan mengganti dengan baret hijau dan menyimpan baret merah didalam baju  mereka, saya ikut merasakan mereka sebetulnya tidak rela melepas baret merah kebanggaan hasil jerih payah setelah 9 bulan menempuh latihan komando yang berat. Tapi mereka tetap disiplin dan taat perintah dalam penunjukan penggantian baret ini. Sungguh sikap prajurit sejati.

Setelah perampingan angota kopassandha tersebut maka kopassandha berganti nama menjadi Kopassus. Tapi dalam perkembangannya pasukan kecil di kopasus tidak berumur panjang. Akhir tahun 1995 Kolonel Prabowo dilantik menjadi komandan Kopasus dan dinaikkan pangkatnya menjadi Brigjen dan kemudian tahun 1996 Prabowo naik pangkat kembali menjadi Mayjen karena beliau menjabat sebagai Danjen Kopassus. Jadi dalam waktu 8 bulan Prabowo mengalami kenaikan pangkat dua kali dalam jabatan yang sama. Dan Sintong mengutarakan kritik atas peristiwa itu setelah ia pensiun.

Mayjen TNI Sintong Panjaitan diangkat menjadi Pangdam Udayana  tahun 1988. Pada masa menjadi Pangdam ini Sintong mengubah pola operasi Timor Timur dari operasi tempur menjadi operasi teritorial sebagai operasi pokok dengan memulihkan luka akibat operasi tempur, perbaikan kembali infrastruktur, menciptakan rasa kedamaian dikalangan masyarakat. Operasi territorial tersebut cukup berhasil sampai kemudian satu setengah tahun kemudian Presiden Suharto memutuskan bahwa Timor Timur menjadi daerah terbuka sama seperti daerah lainnya. Menurut Sintong keputusan Presiden Suharto terlalu tergesa-gesa karena membanjirnya para pendatang ke Timor Timur menimbulkan ketidak senangan penduduk asli terhadap kaum pendatang seperti Bugis dan Makasar yang dianggap sebagai kelompok penghisap darah baru dan menghambat kehidupan ekonomi mereka.

Pada masa Sintong menjadi Pangdam Udayana pula terjadi  Peristiwa Santa Cruz  yaitu peristiwa berdarah yang bermula dari demonstrasi yang mengandung unsur provokasi yang sudah direncakan sebelumnya oleh kelompok anti integrasi , meskipun terlihat sebagai prosesi peringatan dua minggu meninggalnya Sebastiao Gomez ( pihak anti integrasi yang berkelahi dengan pemuda pro intergrasi)  dan kemudian demontrasi tersebut menjadi huru hara yang brutal dan banyak korban tewas dari pihak anti integrasi di pekuburan Santa Cruz. Menurut cerita buku ini pasukan anti huru hara pada saat itu  tidak dilengkapi dengan perlengkapan PHH seperti masa demontrasi tahun 1998. Waktu itu pasukan tidak menggunakan tameng, tidak memakai helm dan rompi anti peluru,tidak dibekali peluru karet, bom gas air mata atau water cannon  pasukan hanya mengandalkan senjata di tangan, sehingga secara psikologis hal itu yang merangsang terjadinya kecenderungan untuk menembak.

Insiden 12 Nov di Dili tersebutlah yang menyebabkan semua pemimpin atau pejabat yang terkait dengan operasi  teritorial diganti termasuk Sintong yng harus menyerahkan jabatannya sebagai Pangdam Udayana.

Oh ya ada kejadian yang membuat saya berfikir bahwa mendahulukan tugas adalah lebih penting dari pada mendahulukan kepentingan atasan meskipun akibatnya membuat  tidak disukai atasan. Ini sudah dibuktikan ketika Sintong lebih memilih barada di Dilli untuk operasi peretempuran di Gunung Matabean dari pada datang berkunjung ke Bali menghadiri peringatan ulan tahun pernikahan Presiden Suharto dan Ibu Tien. Akibatnya selanjutnta Presiden Suharto yang biasanya hangat jiga bertemu Sintong menjadi berpenampilan dingin.

 
Duh.. kepaanjangan deh cerita ringkasan buku nya.. sebtulnya masih banyak yang mau di ceritakan… antara lain dibalik penculikan aktivis dan peristiwa mei 1998, pengalaman Sintong sebagai staff ahli Habibie , Meristiwa di Markas Komando Kopasus ..

Tapi saya udah capek.. segini dulu deh.. beli aja buku nya, yang pasti seru punya deeeh


 
 
 


12 comments:

  1. buku ini sempat heboh , apa yg membuat cerita ini heboh Bu ?

    ReplyDelete
  2. yang bikin heboh sih karena memuat cerita segitiga antara BJ Habibie-Wiranto-Prabowo, trus kasus penculikan aktifis Prodemokrasi dan juga peristiwa Mei, heboih ya karena pihak2 yang bersinggungan dengan peristiwa itu

    ReplyDelete
  3. Ayo dong ceritain Cho, kan ini yang ditunggu tunggu :))

    ReplyDelete
  4. iya mbak seru deh, menurut saya penggemar film perang

    ReplyDelete
  5. Ternyata yang pertama juga menarik, lucu baca kok langsung ke yang kedua. Menjadi pingin membaca dan membeli bukunya, ni ni... soalnya Timor Leste dekat Atambua, tempat saya pernah menjadi guru lho Ibuseno sampai tahun 1977. Kamsia karena sudah menulis...

    ReplyDelete
  6. hehehe.. Pak martin loncat dulu ya bacanya
    Baca bukunya lebih menarik Pak, terutama cerita tentang Timor Leste itu
    Wah iya ya.. Pak MArtin pernah jadi guru di Atambua ya.. pasti banyak kenangan di sana

    ReplyDelete
  7. ...pergi tidak pergi, tetap saja kalo ada terjadi sesuatu dalam operasi jadi tanggung jawab Opung Sintong...hmm, Opung memilih tetap dalam operasi bersama dengan yang lainnya ketimbang pergi ke Bali...salut untuk Opung :)

    ReplyDelete
  8. iyah kang.. saya juga salut, Opung Sintong lebih mendahulukan tuga demi orang banyak ketimbang atasan

    ReplyDelete
  9. teh icho, aku baru punya bukunya (suami sih yg beli, kr dia itu hobby yg berbau militer)
    baru 1/4 bacanya, tebal boo
    banyak gak ngerti kosa katanya, tp lagi dicoba baca teyus nehh

    ReplyDelete
  10. Teh.. aku mah suka film perang / militer aja sih, sama militer Indo mah biasa aja hehehe.. Iya tebeeell.. kadang cape baca sambil tiduran pegang buku.
    Siip.. baca terus teh.. pasti seru

    ReplyDelete