Terlentang ! Jatuh ! Perih ! Kesal !
Ibu pertiwi Engkau pegangan
Dalam perjalanan
janji Pusaka dan Sakti
Tanah Tumpa daraku makmur dan suci...
...
Hancur badan !
Tetap berjalan !
Jiwa Besar dan Suci
Membawa aku PADAMU
itulah penggalan puisi atau sumpah yang dibuat Habibie ketika terbaring seorang diri di RS di Jerman pada masa mudanya. "PADAMU" adalah Indonesia, tanah air yang sangat di cintainya. Karena sumpah itupulalah meskipun Habibie sudah mapan tinggal dan bekerja di Jerman dan karena kritik Ibnu Sutowo jua lah yang membuatnya mau memenuhi panggilan Presiden Soeharto untuk kembali pulang demi mengembangkan teknologi dan mempersiapkan bangsa Indonesia untuk tinggal landas memasuki abad yang akan datang.
Cuplikan cerita di atas, dapat ditemui di buku Habibie & Ainun yang merupakan buku karya Habibie yang dipersembahkan untuk untuk istrinya tercinta alm Hasri Ainun Habibie.
Membaca buku ini tak habisnya kagum saya kepada keduanya, kagum kepada intelektual dan kepintaran Pak Habibie sudah pasti, kagum dengan senyuman Ibu Ainun yang selalu mengilhami dan menginspirasi Pak Habibie dan kagum pada kesetiaan dan saling mencintai diantara keduanya hingga akhir hayat.
Selain hal di atas, ada beberapa hal lain dari Pak Habibie & Ibu Ainun yang saya dapat dari membaca buku ini yang menginspirasi saya.
* Rasa Nasionalisme yang tinggi *
Seperti di awal tulisan ini, inilah bukti nasionalisme yang tinggi yang di miliki seorang Habiebi.
Rasa nasionalisme yang tinggi juga yang membuat Habibie menolak tawaran Presiden Filipina Ferdinand Marcos untuk mengembangkan pusat penerapan teknologi canggih di Filipina, karena Habibie hanya mau keluar dari Jerman hanya untuk Indonesia.
* Optimis dan Percaya Diri yang kuat * ( Hal 83)
Ketika pertama kali bertemu (28 Jan 1974) dan menerima tantangan dari Presiden Soeharto yan bertanya "kapan saya dapat melihat dan menyaksikan terbang perdana pesawat terbang rekayasa putra putri Indonesia" ?
Dijawab dengan optimis dan percaya diri yang tinggi oleh Habibie "10 tahub lagi tanggal 28 Januari 1984 di ruangan ini saya sampaikan undangan kepada Bapak Presiden RI untuk menyaksikan terbang perdana pesawat rekayasa anak Bangsa Indonesia"
Optimis dan percaya diri membuar Habibie berhasil mewujudkan janji itu 10 tahun kemudian dengan penerbangan CN 235 Tetuko terbang perdana di Desember 1984.
* Menjaga Rahasia dan Amanah dan Tanggung Jawab.*
Pada masa awal Habibie diberikan tugas untuk menjelaskan mengenai industri strategis khususnya bidang hankam, Habibie menggunakan slide overhead ( kalo sekarang mungkin power point), dan Slide tersebut diminta copynya oleh Dirjen Logam & Mesin, juga oleh Mentri Perindustrian, namun Habibie menolak untuk mengcopynya karena data itu sangat rahasia, kalau di copy mungkin akan tersebar di glodok bahkan di hongkong ( hal 116).
Hingga akhirnya ketika Presiden Soeharto akhirnya mengetahui kejadian itu dan meminta copy data tersebut, Habibie menyerahkan file tersebut sekaligus juga menyerahkan tanggung jawab atas file tersebut ke Presiden Soeharto . Namun setelah Presiden Soeharto membaca file tersebut, dikembalikannya file itu kembali ke Habibie dan meminta menjaganya dengan baik, Habibie memegang amanah itu dan bertanggung jawab atas semuanya.
* Menjaga Silaturahmi *
Selalu melakukan solaturahmi kepada setiap Presiden yang sedang menjabat. Kita bisa saksikan di televisi, beliau selalu hadir di setiap perayaan 17 Agustus di Instana Merdeka jika beliau ada di Indonesia.
* Rendah hati dan tidak mentang-mentang
24 Maret 2010 Rencananya Habibie dan Ainun akan berlayar ke Singapura naik kapal Queen Victoria. Namun karena Ainun mendadak sakit (diduga kanker ovarium stad 3-4) maka harus segera di bawa ke RS di Jerman. Meski mantan orang nomor 1 di Indonesia, bukan hal mudah menyiapkan segalanya dalam waktu kurang dari 1 hari. Untuk urusan visa dan passport mungkin bisa cepat,untuk urusan penerbangan,penerbangan lufthansa hari itu sudah penuh Habiebi menelpon sendiri kepala perwakilan Lufthansa di Jakarta, menjelaskan tentang keadaan Ainun dan sekaligus menyampaikan bahwa Habibie butuh 2 tiket kelas 1 untuk Habibie & Ainun dan 4 tiket kelasa apa saja untuk pendamping. 15 menit kemudian kepala perwakilan Lufthansa mengabarkan bahwa 2 tiket kelas 1, 3 tiket kelas bisnis dan 1 kelas ekonomis sudah tersedia.
Ketika Habibie bertanya dari mana tiket ini di peroleh padahal semua tiket sudah terjual ?. Kepala perwakilan Lufthansa menjawa singkat, setelah saya sampaikan keadaan Ibu Ainun dan masalah yang di hadapi, maka secara spontan enam penumpang mengundurkan diri, semua bukan warga Indonesia. ( hal 273)
Itu sekelumit hal yang dapat dari seorang Habibie melalu buku yang saya baca ini.
* Senyum *
Dari Ibu Ainun saya belajar senyum, senyum kepada orang yang mencintai dan dicintai kita, senyum Ainun yang menginspirasi Habibie dan mengilhaminya sepanjang masa layak saya tiru karena banyak yang bilang saya jarang tersenyum, termasuk Seno anak saya pernah mengkritik saya karena saya jarang senyum. Dulu semasa sekolah dan jadi panitia ospek di sekolah, saya pernah mendapat julukan kakak yang tidak pernah senyum, apakah senyum saya mahal ? ( oo..tidak juga). Ibu Ainun mukanya selalu tersenyum karena Ibu Ainun tahu senyum itu ibadah. Semoga senyum saya bisa seperti senyum Ibu Ainun yang menginsipirasi dan mengilhami orang yang mencintai dan dicintai saya.
* Perhatian *
Banyak kisah di buku ini yang menceritakan perhatian Ibu Ainun yang begitu besar kepada keluarganya, khususnya kepada Habibie. Habibie yang seringkali begitu sibuk selalu terus diingatkan untuk menjaga kesehatannya oleh Ibu Ainun. Dan terakhir , meski tengah sakit berat, Ibu Ainun masih memikirkan kesehatan Habibie. Pernah suatu hari Ibu Ainun menangis karena Habibie datang terlambat 2 jam masuk ke ruangan tempat Ibu Ainun di rawat. Habibie menduga Ainun menangis karena kesakitan, namun ternyata Ainun menangis karena justru mengkhawatirkan kesehatan Habibie, takut terjadi sesuatu atas Habibie. ( Hal 288)
* Tanggung Jawab *
6 April 2010, dalam keadaan sakit di Muenchen, menyempatkan menulis e-mail kepada beberapa orang berkenaan dengan PPMTI demi kelangsungan PPMTI , antara lain menugaskan untuk menetapkan manager untuk gedung PPMTI di Bogor, pengenbangan Ruko dan sebagainya. Ibu Ainun tak meninggalkan tanggung jawabnya.
Tanggal 22 Mei 2010, pukul 17.30 waktu Muenchen, Ibu Ainun meninggal dunia, Habibie mengatakannya Ainun dengan tenang dan damai pindahk ke Alam dimensi lain diiringi doa yang datang dari getaran nuraninya, setelah 48 tahun 10 hari Ainun bersama Habibie MANUNGGAL dipatri cinta yang murni, suci, sempurna dan abadi. ( hal 295-296)
Selamat jalan Ibu Ainun, Semoga dharma baktinya menjadi suri tauladan bagi kita semua dan arwahnya mendapat tempat yang semestinya di alam baka.
Terima kasih Pak Habibie yang sudah menuliskan buku yang penuh inspirasi ini.
Pak habibie ganteng ya mbak :)
ReplyDeleteHehehehe
Susah kita mencari orang pintar seperti bliau di negeri ini.
ReplyDeletejadi pengen baca bukunya.... :D
ReplyDelete*salam kenal ya mba...
huaaaa nape gw nangissss.. *nutup muka pke slimut*
ReplyDeleteku dapat buku itu gratis loh bu.. nangis bacanya..
ReplyDeleteKesehajaan, kejujuran, ketulusan hati, rendah hati terpancar dari diri Prof Habibi. Patut menjadi contoh untuk semua suami, bagaimana mencintai isteri dengan sepenuh hati dan sepenuh jiwa serta raga. Keteladanannya di kenang sepanjang masa...
ReplyDeletewaktu muda yaaa.. hihi iya
ReplyDeleteorang pintar banyak di LN dan gak mau pulang Bang.. :-)
ReplyDeleteMonggo di beli Mbak hehehe.. salma kenal juga ya Mbak Wati, trima kasih sdh mampir dan sudah jadi teman
ReplyDeletewaktu baca buku itu, pas crita waktu Ibu Ainun sakit, gw juga nangis..hiks..
ReplyDeleteOh yaaa.. wah pdhal mau juga dong sy yg gratis gratis, dpt dr Pak habibie langsung ya Mbak ?
ReplyDeleteBetul Pak Martin, para suami mestinya baca buku ini supaya mencontoh juga apa yg di lakukan Pak Habibie thd istrinya
ReplyDeleteaku pernah baca juga da
ReplyDeletehebat yah..pdhl mrk mungkin gak kenal belio sprt kita kenal
aku senang dng teladan blio dan kesetiaan yg luar biasa sampai maut memisahkan
Iya Eda Ros, buku2 Habibie yg laen aku juga belom baca, tp baca buku yg ini sdh terlihat banyak yg bisa kita contoh dari kehidupan mereka berdua
ReplyDeleteDuh bu... semoga kita bisa menjadi seperti ibu Ainun Habibie ya bu Amiiin....
ReplyDeleteAmiiin... maunya begitu Dech..
ReplyDeleteasik, ada review bukunya, makasih ya teh :)
ReplyDeletepengen beli bukunya, eh ada gak yg mo kasih gratisan hehehe. Banyak teladan yg bisa kita contoh dr mereka ya.
ReplyDeletebuku yang "indah" karena ditulis untuk mengenang sang pendamping dalam suka duka... dari awal hidup susah sampai jadi orang nomer satu di Indonesia dan kembali jadi "orang biasa"
ReplyDeletegaris besarnya aja Teh hehehe.. detilnya mah baguusss. gak rugi baca deh
ReplyDeleteIndahnya ya, ditulis penuh perasaan cinta..
ReplyDeleteBeli di pasarbuku aja tuh * nglirik bu pasarbuku*
ReplyDelete