Kalau bukan karena ada perayaan, sejak Eyang Seno sudah meninggal, males rasanya saya ke Sukabumi. Selain karena rumah eyang seno sudah tidak ada lagi juga, juga karena jalan menuju dan dari Sukabumi sudah sangat tidak nyaman.
Dulu, kita bermacet2 di jalan masih bisa bilang ini macet yang wajar. Jakarta-Sukabumi yang mestinya bisa 3 jam telat 1/2 jam atau 1 jam mash di anggap wajar.
Apalagi kemudian kita akan tiba di Sukabumi dengan di sambut Eyangyang sudah menunggu anak cucunya dengan limpahan makanan kesukaan masing2.
Sekarang rasanya jauh berbeda, pergi ke Sukabumi sudak tidak asik lagi, anak2 juga saya terutama sepertinya terbebani dengan perjalanan yg bikin bete ini.
Hari Sabtu kemarin saya ke Sukabumi untuk peringatan 1 tahun wafatnya eyang Seno. Dari arah Jakarta, mau ke luar ciawi dari gerbang tol ke luar bisa memakan waktu 1 jam.
Sempat ada beberapa pengojek yang menawarkan jasa memandu mobil melewati jalan pintas arah puncak dan keluar di Ratna ( caringin) tapi dengan meminta tarif Rp.50.000.
Bukan harga memandunya yang bikin saya kesal, tp cara pemanfaatan mereka terhadap orang2 yang sedang kena macet yg saya kesal.
Mereka pikir orang2 yang kena macet itu orang berduit yang mau menghabiskan uangnya dengan berlibur di puncak atau daerah wisata di sana semua kali ya.
Jadilah itu kesempatan buat mereka.
Herannya, tidak ada petugas baik dari pemda maupun PJR yang melarang mereka. Padahal jalan pintas itupun jelas2 jalan yang dibiayain pemerintah bukan jalan nenek moyang mereka.
Sebetulnya ada jalan pintas dr Bogor lewat batu tulis, warso farm keluar sebelum cicurug untuk menghindari macetnya caringin.
Sayangnya ketika berangkat itu saya ragu2 ambil jalan situ. terpaksa bermacet2 ria sampai caringin bahkan cimande.
Lancar sedikit, kemacetan kembali di arah menuju cicurug, ambil lagi jalan untuk menghindari cicurug yaitu lewat jalan kampung sebelah kiri dekat taman angsa belok kiri, terus ikutin jalan yang naik turun, dana akan keluar dekat koramil kecamatan cicurug.
Tapi jangan senang dulu, masih ada 2 titik macet lagi menuju Sukabumi. yaitu Cibadak dan CIsaat. lagi2 ini juga pasar dan terminal.
Untuk menghindari macetnya Cibadak, kami ambil jalan anletrnatif lewat nagrak, karang tengah. jauh sedikit gak apa2, yg penting lancar dan pemandangannya juga lumayan berasa kampung.
Selanjutnya, sebetulnya ada juga jalan pintas menghindari macetnya cisaat, tapi gak kita ambil jalur itu, selain gak terlalu hapal juga , masih berharap macetnya tidak seberapa.
Ternyata memang beginilah nasib jalan di siang hari di hari sabtu, pasar cisaat juga maceeeet..
Kendaraan sudah bisa agak ngebut sedikit ketika sudah sampai di daerah rambay cisaat.
Jadi kalau terus mengikuti jalur normal jalan Bogor-Sukabumi, mungkin bisa menghabiskan waktu lebih dari 6 jam berangkat di pagi hari.
Selain kena macet di titik2 macet sepanjang jalan, juga karena bertepatan dengan jam keluarnya karyawan beberapa pabrik yang semakin menjamur di sepanjang jalur Bogor-Sukabumi.
Serba salah memang, pembangunan pabrik di Sukabumi yang salah satu tujuannya supaya mengurangi jumlah penduduk Sukabumi yang menjadi TKI punya efek lain yang juga menjadi masalah.
Sebagai orang yang minimal 1x setahun selalu ke Sukabumi, saya sangat mendukung rencana PT Bakrieland Development Tbk yang menggandeng BUMD Jawa Barat, PT Jasa Sarana untuk
membangun jalan tol Bogor -Sukabumi. salah satu dukungan saya dengan ikut gerakan dukung pembangunan tol Bogor-Sukabumi di
Facebook. Tapi sayangnya, rencana tahun 2010 ini sudah mulai pembangunan jalan tol itu, ternyata sampai sekarangpun belum terlihat buktinya karena
jadwalnya molor , jadi jadwal thn 2011 tol sudah bisa di pergunakan, rasanya gak mungkin terjadi. Entah sampai kapan......
Saya bilang ke Bapa Seno, saya mau ke Sukabumi lagi kalau jalan tol sudah jadi..
Tapi tiba2 Bapa Seno mengingatkan saya, lho.. minggu besok kamu bukannya rafting sama temen2 kantor, kan Sukabumi juga..
Haduuulll... bisa di cancel gak ya.. cape dan stress 2 hari kemaren pulang pergi sukabumi-Jakarta rasanya belum hilang..