-------------------
Ini cerita saya 12 tahun lalu, waktu itu saya berstatus ibu menyusui dan juga seorang pekerja. 3 bulan setelah cuti melahirkan dan kembali bekerja saya sedikit bingung, bagaimana saya bisa terus memberikan ASI pada bayi saya sementara saya bekerja sedangkan jarak rumah saya dan kantor kira-kira 40 km jauhnya.
Mau tidak mau, saya harus memeras ASI di kantor karena saya masih ingin memberi ASI Eklusif buat bayi saya. Jadi tentengan yang saya bawa ke kantor selain tas kantor adalah cooler box kecil untuk menyimpan botol ASI saya dan pompa elektrik untuk memompa ASI. Meskipun ribet dengan barang bawaan ke kantor saya tetap rutin membawanya setiap hari. Baju kerja sayapun di sesuaikan, saya lebih sering menggunakan baju dengan kancing depan supaya lebih mudah di buka.
Waktu itu di kantor saya belum ada lemari pendingin untuk menyimpan ASI dan juga belum ada nursery room, tempat untuk para ibu yang sedang menyusui memompa ASInya. Itu sebabnya terkadang saya mencari ruangan kosong, biasanya saya cek ruangan meeting yang tak di gunakan, pinjam kuncinya atau kadang juga meja wastafel toilet wanita meskipun tidak disarankan memompa ASI di toilet, tapi apa daya, ruangan toilet ini yang lebih sering digunakan, untunglah toilet wanita di lantai 7 ini cukup terjaga kebersihannya. Mau memerah ASI di balik meja kantor juga tak memungkinkan, karena ruangan kerja saya itu hanya dibatasi sekat-sekat setinggi 30 cm antar mejanya.
Beruntung saya juga memiliki atasan pria yang baik hati, yang mau mengerti ketika saya mengajukan ijin bahwa saya akan menyita waktu kurang lebih 15-20 menit untuk memompa ASI sehari 2-3 kali, beliau mengijinkan saya. Jadi saya menggunakan waktu memompa ASI sebaik-baiknya disela-sela waktu kerja saya, yang penting jadwal memerah ASI ini saya sesuaikan dengan pekerjaan supaya pekerjaan di kantor juga tidak terbengkalai.
Bagaimana jika saya harus ke kantor cabang ?
Ya cooler box ASI ini tetap saya tenteng-tenteng ( meskipun saya yang pemalu ini jadi tambah malu, tapi demi anak jadi lupa malu :-). Sambil bekerja di kantor cabang, saya juga minta ijin untuk memompa ASI, ini saya lakukan dari pada saya saya tak memompa ASI dan akibatnya ASI saya bocor kena baju, lebih malu lagi.
Hal ini terus saya lakukan sampai bayi saya berumur 6 bulan, lulus sudah ASI Ekslusif nya, tapi produk ASI saya yang masih banyak, membuat saya meneruskan memerah ASI di kantor meski tak sesering sebelumnya, karena mulai gak enak hati, juga terkadang saya mulai bosan memompa ASI. Beruntung teman-teman di kantor masih terus menyemangati saya kadang juga ikut menemani saya memompa ASI sambil ngegossip :-)
Pekerjaan memompa ASI saya kemudian terhenti saat anak saya sudah berumur 1 tahun, ini juga karena saya harus sering ke luar kota. Awal ke luar kota saya masih bawa beberapa stok botol ASI dan menyimpannya di lemari pendingin hotel, tapi lama kelamaan stok ASI saya berkurang juga, ini mungkin karena tingkat kemalasan memompa saya yang semakin meningkat (jangan ditiru ya).
Pemerintah juga melalui UU No. 13/2003 tentang ketenaga kerjaan, sudah mendukung pembuatan nursery room. Dan di kantor lama saya itu,sekarang sudah menyediakan ruang khusus yang nyaman untuk memompa ASI dan dilengkapi dengan lemari pendingin untuk menyimpan stok ASI bahkan ada TVnya juga, jadi sambil memompa ASI bisa sambil nonton TV.
Jadi, buat para ibu pekerja yang masih memberikan ASI untuk buah hatinya, terus semangat memompa ASI ya, jangan alasan berhenti memberi ASI karena pekerjaan di kantor.
Profil Penulis ada di sini