Denger dari temen kerja yang masih anak kuliahan, katanya di kampus2 sudah direncanakan beberapa agenda
dalam rangka menyambut 10 tahun reformasi dan begitu semangatnya dia mau bolos kerja demi ikut acara tersebut.
10 tahun ? ..cepet banget ya....buat gue yang 10 tahun lalu tidak terlibat dan tidak mengalami langsung peristiwa itu pasti tidak terasa, tapi buat mereka yang terlibat dan menjadi korban peristiwa itu pasti masih sangat terasa dan membekas. ada perasaan malu,perasaan haru,bangga bercampur baur ketika obrolan di teruskan dan masing2 teman menceritakan pengalaman mereka semasa masih jadi mahasiswa, ada yang jadi garda terdepan untuk berhadapan langsung dengan aparat karena badannya yang besar, sehingga ketika dorong mendorong dengan aparat dia punya kekuatan lebih. ada juga teman wanita yang diam2 ikut demo karena takut dimarahi orang tua, tapi toh akhirnya ketahuan orang tuanya karena wajahnya muncul di TV. Betapa heroiknya cerita mereka.
Dan.. ada juga yang bercerita sedih terpaksa harus mengungsi karena rumahnya di daerah kemurnian kota sudah sangat membahayakan.
Gue ?? gue gak punya cerita apa2..tidak ada kisah heroik kepahlawanan gue di masa itu, gue coba rewind lagi ke masa 10 tahun lalu. Jangankan ikut demo ke gedung DPR atau ke semanggi,. Setiap kali alarm /bel pulang kantor berbunyi bukan di jam pulang semestinya, gue langsung ngacir duluan ke mobil jemputan kantor, karena artinya kita boleh pulang cepat karena situasi darurat, gue pengen cepet sampe kost-an.
Dan ketika sempat dapet hambatan di jembatan keb. Lama karena sudah dikepung aparat, yang bisa gue lakuin adalah menyelamatkan diri.. masuk ke rumah orang sambil gak brenti berdoa supaya semuanya aman2 aja dan tidak ada korban. sementara sebagian orang malah nonton dengan serunya.
Sempet menjelang hari H di bulan mei, gue diajak Bapa Seno ( eh belum jadi Bapa Seno deeeh..) ke almamater kita yang cuma selemparan batu dari kost gue, gue ragu menuruti ajakannya, karena sejak pagi gue sudah dengar beberapa kali letusan senjata dan orasi yang tak henti. Gue gak mau, cukup gue di kamar dan berdoa semoga perjuangan adik2 almamaterku tercinta berhasil dan semua aman kembali sekolah, kuliah , dapet IPK bagus dan menyenangkan orang tua.
Bapa Seno tetep ke kampus, dan gue cuma berani buka sedikit gorden jendela kamar, karena para polisi sudah menyisir kawasan terdekat dengan kampus dengan senjata laras panjang di tangan, dan melihat senjata yang dibawa pak pol bikin gue semakin gak bisa napas.
Dan, ketika akhirnya peristiwa mei meninggalkan luka yang begitu dalam buat kita semua, terutama buat boss gue di A2K yang begitu traumanya beliau sampai minta dengan sangat supaya ketika beliau masuk kerja nanti, jangan menanyakan apapun tentang kondisi dia dan keluarganya.
Peristiwa semanggi, kali ini gue punya sedikit keberanian karena terpengaruh cerita bapa seno juga terpengaruh perih dan pedihnya peristiwa mei. Jadi gue gak takut lagi melihat rombongan para demonstran yang sedang bersitegang dengan aparat bahkan diam2 gue pake lagi jaket almamater dan ikut nongkrong ke tetangga sebelah ( kampus BL maksudnya ). Tapi untuk demo dan turun ke jalan gue masih belum mau ikut, masih belum punya nyali. Jangankan turun ke jalan, kalau orasi adik almamater di kampus sudah mulai panas, gue langsung balik ke kost .
Bapa Seno sempet penasaran knp gue gak mau ikut diajak lihat orang demo or ikutan demo, dia pengen gue gak cuma diam. sampai akhirnya satu hari setelah malamnya terjadi penembakan BR Norman Irawan yg anak atma terjadi, setengah dipaksa bapa seno gue mau juga ikut ke semanggi, cuma sebagai turis yang melihat sisa sisa perang.. ah memalukan..
Dan.. lebih memalukan lagi ketika datang beberapa rombongan truk tentara dan mulai mengusir orang2 berkerumun di sekitar situ, gue langsung ngacirrrr.. gue gak peduli lagi Bapa Seno yang ngeledek gak mau ngawinin gue karena pengecut.. bodo deh.. gw masih mau kawin.. ( hihi.. kala itu gue dan bapa seno sudah merencanakan hari H, andai gak jadi sama Bapa Seno karena dia pengen jadi pahlawan reformasi pun..gue tetep mau kawin hehe.. sama backup hehehe ).
Gue tinggalin Bapa Seno.. gue jalan kaki pulang sediri ke kost lewat arah joglo. Jalan kaki dengan beberapa romobongan karena tidak ada kendaraan umum membuat perjalanan tidak terasa berat dan ketika sampe TPU Joglo ada mobil jenazah dan di ikuti dengan rombongan yang banyak sekali, gue tanya2 siapa yang meninggal, ternyata jenazah yang dikuburkan adalah wawan alias BR Norman Irawan yang tertembak semalam.
Gue ikuti prosesi penguburannya yang dipimpin oleh Romo Sandyawan Sumardi SJ, Gue ikut hanyut dalam duka yang mendalam dan ikut terisak bersama rombongan, ikut syahdu dalam iringan doa mereka meskipun diiringi isakan sampai berakhirnya prosesi penguburan.
Peristiwa itu dan aura semangat yang dipancarkan orang2 yang ada di sekitar pemakaman membuat gue malu.. gue gak ikut berjuang, gue egois, gue penakut. Jangankan ikut berjuang untuk negara, untuk ikutan demo kenaikan uang kuliah aja, gue cuma jadi pemandu sorak aja.
Gue juga cuma jadi orang belakang ketika Bang FAF mantan boss gue ketika kerja di satu Foundation ngajak gabung di LSMnya, dan ngajak jadi pemantau pemilu independent bersama Kang MWK, bisanya gue ya bikin program, jadi cuma dengan bikinin mereka program aja gue bisa ikut sedikit berjuang membantu mereka, gue gak mau ikut mereka koar2 demo menentang kebijakan pemerintah ini itu, tapi gue tetep dukung perjuangan beliau dari luar penjara ketika beliau di penjara.
Dan setiap kali gue melewati TPU Joglo di pagi hari, di gerbang pertama, gue selalu titip doa untuk Wawan, semoga damai di sisiNya, semoga pengorbanannya tidak sia-sia, semoga segera terungkap dalangnya, semoga HAM segera di tegakkan di negri kita.
Cuma itu yang bisa gue lakukan… gue gak pernah bisa jadi demonstran