Tuesday, February 21, 2012

Di Kantor, Saya Memerah ASI

Ini tulisan copy paste dari kompasiana, berisi pengalaman seorang ibu, 12 tahun lalu. Di tulis untuk memeriahkan frezz dengan topik "kantor" . Monggo dibaca, saya yakin ibu-ibu di sini juga pernah melakukan hal yang sama dengan ibu ini.

-------------------

Ini cerita saya 12 tahun lalu, waktu itu saya berstatus ibu menyusui dan juga seorang pekerja. 3 bulan setelah cuti melahirkan dan kembali bekerja saya sedikit bingung, bagaimana saya bisa terus memberikan ASI pada bayi saya sementara saya bekerja sedangkan jarak rumah saya dan kantor kira-kira 40 km jauhnya.

Mau tidak mau, saya harus  memeras ASI di kantor karena saya masih ingin memberi ASI Eklusif buat bayi saya. Jadi tentengan yang saya bawa ke kantor selain tas kantor adalah cooler box kecil untuk menyimpan botol ASI saya dan pompa elektrik untuk memompa ASI. Meskipun ribet dengan barang bawaan ke kantor saya tetap rutin membawanya setiap hari. Baju kerja sayapun di sesuaikan,  saya lebih sering menggunakan baju dengan kancing depan supaya lebih mudah di buka.

Waktu itu di kantor saya belum ada  lemari pendingin untuk menyimpan ASI dan  juga belum ada nursery room, tempat untuk para ibu yang sedang menyusui memompa ASInya.  Itu sebabnya terkadang saya mencari ruangan kosong, biasanya saya cek ruangan meeting yang tak di gunakan, pinjam kuncinya atau kadang juga meja wastafel toilet wanita meskipun tidak disarankan memompa ASI di toilet, tapi apa daya, ruangan toilet ini yang lebih sering digunakan, untunglah toilet wanita di lantai 7 ini cukup terjaga kebersihannya. Mau memerah ASI di balik meja kantor juga tak memungkinkan, karena ruangan kerja saya itu hanya dibatasi sekat-sekat setinggi 30 cm antar mejanya.

Beruntung saya juga memiliki atasan pria yang baik hati, yang mau mengerti ketika saya mengajukan ijin bahwa saya akan menyita waktu kurang lebih 15-20 menit untuk memompa ASI sehari 2-3 kali, beliau mengijinkan saya. Jadi saya menggunakan waktu memompa ASI sebaik-baiknya disela-sela waktu kerja saya, yang penting jadwal memerah ASI ini saya sesuaikan dengan pekerjaan supaya pekerjaan di kantor juga tidak terbengkalai.

Bagaimana jika saya harus ke kantor cabang ?
Ya cooler box ASI ini tetap saya tenteng-tenteng ( meskipun saya yang pemalu ini jadi tambah malu, tapi demi anak jadi lupa  malu :-). Sambil bekerja di kantor cabang, saya juga minta ijin untuk memompa ASI, ini saya lakukan dari pada saya saya tak memompa ASI dan akibatnya ASI saya bocor kena baju, lebih malu lagi.
Hal ini terus saya lakukan sampai bayi saya berumur 6 bulan, lulus sudah ASI Ekslusif nya, tapi produk ASI saya yang masih banyak, membuat saya meneruskan memerah ASI di kantor meski tak sesering sebelumnya, karena mulai gak enak hati, juga terkadang saya mulai bosan memompa ASI. Beruntung teman-teman di kantor masih terus menyemangati saya kadang juga ikut menemani saya memompa ASI sambil ngegossip :-)

Pekerjaan memompa ASI saya kemudian terhenti saat anak saya sudah berumur 1 tahun, ini juga karena saya harus sering ke luar kota. Awal ke luar kota saya masih bawa beberapa stok botol ASI dan menyimpannya di lemari pendingin hotel, tapi lama kelamaan stok ASI saya berkurang juga, ini mungkin karena tingkat kemalasan memompa saya yang semakin meningkat (jangan ditiru ya).

Pemerintah juga melalui UU No. 13/2003 tentang ketenaga kerjaan, sudah mendukung pembuatan nursery room. Dan di kantor lama saya itu,sekarang sudah menyediakan ruang khusus yang nyaman untuk memompa ASI dan dilengkapi dengan lemari pendingin untuk menyimpan stok ASI bahkan ada TVnya juga, jadi sambil memompa ASI bisa sambil nonton TV.

Jadi, buat para ibu pekerja yang masih memberikan ASI untuk buah hatinya, terus semangat memompa ASI ya, jangan alasan berhenti memberi ASI karena pekerjaan di kantor.



Profil Penulis ada di sini

Wednesday, February 15, 2012

Menggoda Mbak Guardian

Ini kali pertama lho sebetulnya saya mencoba iseng begini, kepengen tahu aja apa bener seperti yang pernah dialami teman saya, kita akan mendapat perlakuan berbeda maupun pandangan yang aneh kalau kita berbeda.

Kan Hero, Guardian, Giant sejak tahun 2010 itu mulai tidak menggunakanlagi permen sebagai uang kembalian, gantinya mereka mendonasiakn uang kembalian dibawah Rp.500 untuk di sumbangkan. Biasanya kita pembeli akan ditawarkan apakah uang kembaliannya akan di donasikan ?
Saya juga biasanya ya sudah lah, 100-300 rupiah dibulatkan saja dan di hitung untuk sumbangan, maka nanti di struknya akan tertera sumbangan sebesar sekian , saya tak lagi menyimpan struk, jadi gak bisa upload contohnya di sini.

Lalu, pengalaman teman saya ketika berbelanja dan ditawarkan apakah sisa pembulatan akan disumbangkan dan teman saya menolak, dia mendapat tatapan aneh dari pengantri lainnya, dan si kasir juga langsung berubah ekspresi. Begitukah ??

kemarin malam  saya iseng, waktu beli obat di Guardian, saya melakukan hal yang sama seperti teman saya, saya menolak ketika ditawarkan apakah rp. 2300 kembalian saya , rp.300 nya akan di sumbangkan ?
Dan bener lho, si Mbak Guardian langsung pergi meninggalkan mesin kasir dan kasak-kusuk dengan temannya, kemudian dengan suara agak keras bertanya ke temannya "elo punya duit recehan 300 gak, sini pinjem dulu buat kembalian"
Dan temannya itu buka-buka dompet di depan mesin kasir, cari-cari uang receh yang tak ada, kemudian di kotak uang mesin kasirpun tak terlihat uang receh satupun.
Saya tetap menunggu..
Si Mbak kasir masih terus mencari sampai kemudian akhirnya dapat juga uang receh rp.300. Dan saya mendapat kembalian Rp.2300 pas, tapi si Mbak Guardian memberikannya tanpa senyum.
Jadi nilai senyumnya sebesar uang sumbangan hehehe.

Lagian ini saya iseng bener ya, pake coba-coba, saya nyoba karena gak ada antrian di belakang saya, kalau ada antrian di belakang saya dan terlihat si Mbak Guardian sibuk mencari uang kembali,saya juga pasti gak jadi ngetest si Mbak, kasian pengantri lainnya.

Dari kejadian itu saya cuma mikir jadinya, apa sejak ada program ini Hero, Giant atau supermarket lain yg ikut mengadakan program sumbangan uang kembalian kemudian jadi sama sekali tak lagi menyediakan uang receh, lalu konsumen dipaksa menyumbang ?
Semoga aja memang kejadian tadi karena persediaan uang recehnya kehabisan.
Dan ngomong-ngomong, eh nulis-nulis, saya search di google memang ada ya pemberian bantuan pelangan ke PMI atau ke tempat lain dari Hero, Giant dan groupnya. Pertanyaannya, adakah audit untuk penerimaan ini ?
Bagaimana pertanggung jawabannya ke pelanggan ? di umumin di koran gak ya hasil pendapatan dan pengeluaran dari sumbangan uang kembalian ini ?
Ada yang tahu ?


ah bawel nih Ibu Seno, nyumbang cuma cepek doang aja jadi ribet gini...:-)

Tuesday, February 14, 2012

Bahagiaku di 14-02-12

Bukan .. bukan karena hari ini saya dapat coklat atau dapat setangkai bunga, apalagi kecupan mesra, gak deh, jauh dari bayangan yang kayak ginian, mentang2 anak2  muda lagi papalentinan, saya mah sudah gak pernah lagi deh merayakan valentinan sejak kisah trauma valentine saya bertahun-tahun lalu.

Jadi apa bahagianya ?
Maaf ya kalau terkesan sedikit norse dan kamseupay, tapi biar aja, wong ini bahagia saya yang rasain koq.

Jadi ceritanya, beberapa hari lalu saya di telpon sama orang BTN, ngasih tahu bahwa serifikat rumah saya sudah bisa diambil di BTN Cikokol sejak bulan november lalu. Lha.. pdhal saya sampai bulan kemarin masih transfer tuh ke rekening BTN untuk pendebetan rekening.  Ini bukan rumah yang saya tempati sekarang ini lho, tapi rumah yang saya beli dan ditempati ibu saya sekarang, rumah kenangan yang pernah saya ceritakan di sini

Lalu, akhirnya, hari ini saya gak kerja hanya untuk mengambil sertifikat itu di kantor BTN Cikokol, setelah sebelumnya saya tanya-tanya mesti bawa surat apa saja ? ternyata cukup bawa foto copy KTP dan materai 6 ribu masing-masing 2 lembar, sudah cukup itu saja.

Dan ternyata ngurusnya juga gampang dan tak memakan waktu yang lama, setengah jam saja kemudian sertifikat sudah di tangan.
Waktu sertifikat itu berada di tangan saya itu lah tiba-tiba saya ngerasa bahagiaaaa sekali.  Resmi sudah rumah  ini jadi milik saya, rumah yang saya beli dari hasil keringat sendiri, sejak saya belum nikah. Bayangin aja saya beli rumah ini tahun 1996, Harga rumah Rp. 15 juta, DP nya 6 jutaan, dan hutang KPR 9 juta selama 15 tahun dengan cicilan perbulan Rp. 104.000. Luas tanahnya 90m

















Kalau mau, sebetulnya saya bisa melunasi utang KPR itu,tapi saya keukeuh, mau tetap bayar per bulan sampai lunas. Kan 100rb-an gak kerasa juga skrng.

Dan ternyata sensasinya di sini ya... saat salaman dengan petugas BTN yang menyerahkan sertifikat rumah ke kita.
Dan itu beda rasanya dengan waktu petugas Bank Lippo memberikan sertifikat rumah si babeh yang di sentul ketika pelunasan juga, lha iya beda wong itu rumah atas nama si babeh dan di beli ketika si babeh belum nikah. Sedangkan yang ini ya milik saya sendiri, saya ikuti prosesnya semuanya dari awal sampai selesai.

Dan, mungkin juga beda rasa bahagianya saat 6 tahun yang akan datang ( mudah2an bisa kurang), ketika petugas KPR BCA menyerahkan sertifikat rumah kami yang sekarang ( meski atas nama saya ) kelak. Karena memang sejarahnya berbeda.

 




Thursday, February 9, 2012

Pindah Jurusan

Suatu hari teman lama saya curhat,anaknya yang baru aja duduk di smt 2 jurusan Sistem Informasi di sebuah PTS mengeluh kepada mamanya/teman saya bahwa dia tak sanggup nerusin kuliah di sana karena mata kuliahnya kebanyakan hitungan,matematika dan susah lah. Anaknya minta berhenti dan pindah jurusan SosPol.

Sayangnya di kampus itu tak ada jurusan sospol. Jadi sianak minta pindah kampus saja. Tentu aja teman saya pusing,baru juga lega napasnya setelah bayar masuk PTS eh kok minta pindah,ya biaya lagi lah.

Teman saya serba salah,maksa anak nerusin kuliah jg bisa jadi bumerang buat dia kalau anak gak enjoy dan hasil kuliah gak baik dan bukan gak mungkin juga kena DO. Rugi juga kan?

Lalu kalau pindah kampus,apa bisa dijamin dia suka kuliah di situ dan gak minta pindah lagi? Saya jd inget Oka ponakan saya yg kuliah aja sampe 4x pindah,hasilnya S1 aja gak dapet.

Berhubung anak saya belum ada yg kuliah.jadi ketika teman saya nanya ke saya gimana baiknya,tur utin kemauan anak atau tidak? Saya rada bingung,andai saya jd ibunya karena yg pernah saya alami dulu,justru saya yg jadi anaknya.

Iya,sayapun waktu masuk smt 2 sempat galau kalo kata anak jaman sekarang mah. Gimana gak galau,pelajarannya kok susah bener. Hasil ujian smster 1 ini yg bikin galau, bayangin ipk cuma 1 koma,masuklah saya ke club mahasiswa nasakom,nasib satu koma.
semester 2 naikan dikit, pas dapat angka 2 didepannya, cuma 2 koma sekian. masih untung. Tapi jadi minder ketika saya lihat IP teman2 saya bagus-bagus, koq saya jadi bego banget ya, pdahal di SMA saya rasanya gak bego-bego amat.

Ada keinginan brenti ajalah kuliahnya, susah bener sih kuliah di sekolah komputer ini,salah saya juga dulu kuliah di sini sekedar ikut-ikutan, eh temen yang diikuti malah gak jadi masuk ke sini.

Tapi seperti kata lagunya Meggy Z, terlanjur basah ya sudah mandi sekalian, saya mandi deh akhirnya. Saya cuma terngiang-ngiang keinginan ibu saya, ibu saya pengen salah satu anaknya jadi insinyur, bukan doktorandus atau dokteranda  ( masih pada inget gak gelar2 jadul ?) . Jadi ya saya mati-matian deh sampe beneran hampit botak kepala saya dan kaki cantengan karena kebiasaan saya belajar itu jelek sekali, kalau saya pusing dan serius belajar, saya akan cabut beberapa helai rambut atau kotek-kotek kuku kaki saya pakai tangan ( jorok ih ) bukan pakai gunting kuku.

Begitulah akhirnya, saya berhasil melewati masa-masa sulit belajar, dengan kemauan keras, dengan bantuan teman-teman, calon pacar, pacar, bekas pacar , pinjam buku perpus, foto copy diktat2, pinjem komputer teman sampe listriknya di matiin ibunya dari panel depan, pura-pura njegreg turun,ah banyak lah perjuangannya sampai akhirnya di wisuda dan saya penikmat gelar terakhir Insinyur..tahun depannya sudah berganti eskompor :-)

Jadi, saya kemudian berkata ke teman saya itu, mungkin beda anak sekarang dengan masa kita kuliah dulu. Anak sekarang lebih dipermudah dngn kondisi ortunya. Dan ortu sekarang juga sedikit lebih lembek dr ortu kita dulu.
Cuma kelebihan ortu sekarang, enaknya sebetulnya bisa mempersiapkan anak lebih awal untuk mengetahui minat dan bakatnya. Lihat aja  mulai dari bayi sudah ada metode2 dari jari, dari tulisan dan lain-lain untuk melihat bakat dan minat anak.

Kemudian, ketika di SMU, gampang untuk cari info mau ke mana kuliahnya, apa aja yang diajarkan di kampus itu untuk jurusan itu, supaya gak salah pilih. Bisa tanya2 di forum almuni atau websitenya secara langsung. Lalu kenapa masih ada yang merasa salah jurusan ? Berarti infonya kurang kan ?

Sekarang mah nasi sudah menjadi bubur, kabar terbaru, anaknya teman saya keukeuh sumeukeh mau tetap keluar dan pindah kampus. Ya sudah, kalau begitu tinggal komitmennya aja yang diminta, kasih peringatan, ini terkahir kali pindah kampus, lakukan kewajibanmu sampai tuntas tas tas... dan orang tuanya, cari duit lagiiii...









Tuesday, February 7, 2012

[Narsisku Bahagiamu] Seruling Malam Yang Ku Tunggu

tuiiittt.... tuiiitt.... suara mirip seruling bambu itu terdengar setiap malam, itu yang selalu ditunggu gadis kecil saya.  Ya, Della sejak kecil memang sangat menyukai kue putu sampai hari ini tak ada bosannya makan kue putu.  Mulai dari harga Rp.100 per tabung bambu kecil sampai sekarang sudah Rp.500 per tabung harganya. 

Teringat bahwa lomba Narsisku bahagiamu diperpanjang, saya jadi mau ikutan juga lomba ini,tadinya bukan tukang kue putu ini yang mau jadi target, tapi terkendala waktu dan tempat bernarsis ria, akhirnya saya pilih yang ini, foto apa adanya tanpa make up dan dengan baju rumah yang cocok untuk pedagang kue putu.

Namanya Warno asal dari Brebes, umurnya ternyata baru 20 tahun dan (ternyata) belum menikah. Mas Warno mengontrak bersama dengan beberapa tukang kue putu lainnya di daerah kebon kopi, tak jauh dari Kodam Bintaro.  Mas Warno berkeliling kampung seputaran kodam-pondok betung, petukangan  selatan dan sekitarnya memanggul pikulan kue putunya mulai dari jam 4 sore.  Adonan kue putu yang dibawanya tiap hari sebanyak 2kg, biasanya langsung habis malam itu juga. Dan kalaupun adonan kue putu tak habis, Mas Warno tidak ngoyo untuk menghabiskannya malam itu juga, karena Mas Warno sudah menargetkan, jam 12 malam sudah harus kembali ke rumah habis gak habis dagangannya.


Waktu saya  tanya "kenapa mesti pulang jam 12 Mas, takut orang jahat ya ?  "

"Ah ndak bu, bukan karena takut orang jahat, tapi ya karena capek aja bu, sudah 8 jam keliling, kan badan saya juga butuh istirahat, supaya besok bisa jualan lagi"
(Mas Warno benar sekali ya, yang kerja kantoran aja cuma 8 jam kerja dan 1 jam istirahat ya ) 

Penghasilan Mas Warno satu malam, jika kue putu habis sekitar Rp.150.000.  Dipotong dengan modal pembelian bahan-bahan kue putu sebesar Rp.80.000, maka setiap harinya Mas Warno bisa menabung Rp.60.000 - Rp.70.000.  Yang paling banyak menghabiskan modal itu minyak tanah katanya. Selain untuk kompor pemanas juga untuk  lampu obor yang harus terus menyala.

Saya iseng lagi bertanya, "itu uang Rp.70.000 per hari dikumpulin buat modal kawin ya Mas ? "

Dengan tersenyum malu Mas Warno menjawab," iya bu, sedikit-sedikit ditabung untuk persiapan nikah, tapi kebanyakan dikirim ke kampung buat simbok saya, buat bayar sekolah adik saya Bu"

"Adiknya berapa orang, masih kecil-kecil atau sudah besar, orang tua Mas Warno masih ada ?"

"Adik saya 3 orang, yang perempuan sudah kawin, yang 2 orang laki-laki masih sekolah SMP dan SD, Bapak saya di kampung, kerja di sawah aja  bu"

"Mas Warno tamat sekolah apa,  koq gak kerja di pabrik atau ngojek gitu, kan gak cape keliling kampung bawa pikulan"

"Saya tamat SD bu, mau kerja pabrik kan gak bisa, gak bisa naik motor bu, gak punya motor juga, ini saya ngumpulin uang juga, pengen punya  motor, pengen nikah banyak pengennya bu hahaha.."

"sudah punya calonnya Mas , orang mana calonnya ? "

"Belum ada bu hahaha " 

"Lha.. gimana si Mas belum punya calon tapi sudah ngumpulin uang buat nikah ya, hebat lah !!, mau saya kenalin sama pembatu saya Mas, dia juga orang Tegal tuh kan gak jauh dari Brebes" ( eaaaaa.. koq jadi comblang)

Tak terasa ngobrol bersama Mas Warno, 10 kue putu yang saya pesan sudah selesai, Della sudah tak sabar menanti  kue Putu.  Selain ramah Mas Warno juga ternyata baik sekali, waktu saya ceritakan saya mau ikut lomba Narsisku Bahagiamu dengan objek Mas Warno, saya minta ijin Mas Warno untuk meminjam pikulannya demi narsi-narsisan, Mas Warno pun memberikannya, malah Mas Warno yang mengusulkan gaya saya baiknya sambil nyolok kue putu yang sudah matang ke piring, jadilah foto seperti di bawah ini :-)



Saya ucapkan terima kasih pada Mas Warno yang ramah ini, saya doakan juga semoga dagangan anak muda yang tangguh ini laku setiap harinya supaya adik-adiknya bisa sekolah yang lebih tinggi dari dia seperti yang Mas Warno inginkan. Dan tak lupa juga saya minta doakan mudah-mudahan menang lombanya ya Mas, biar bisa bagi-bagi rejeki buat Mas Warno, kalaupun tak menang toh Mas Warno tetap jadi langganan saya ya, sukur-sukur kalo si Mbak Khotimah mau ya bisa berjodoh :-)

tuiiiitttt......tuuuuuuttttt.... suara itupun terdengar menjauh dan Della langsung menikmati kue putu kesukaannya


Tulisan ini buat ikut lomba di sini